Sambil menyelam
minum air, sebuah pepatah yang jika kita tafsirkan memiliki banyak
pengistilahan didalamnya. Kali ini saya akan sedikit saja bercerita tentang
bagaimana pengalaman saya tentang masa depan harus terhenti namun dibalik
keberhentian tersebut tersimpan pula keberkahan.
Inilah mengenai
kegiatan saya saat ini yang mulai bekerja namun sedikit mengesampingkan kuliah.
Ya inilah pilihan dalam hidup. Sebenarnya saya sudah mengambil skripsi sejak
dua semester yang lalu, dengan berbagai teknis yang bertele-tele dan
menyia-nyiakan waktu sampailah pada penelitian saya terlanjur kedaluarsa, expayed.
Teman saya ada yang bertanya, “o penelitian ada kedaluarsanya juga ya? baru tau
saya” ujarnya dengan penuh nuansa retoris juga dalam menyampaikannya lewat sms.
Saya tidak akan
banyak berargumen, berdebat siapa yang salah dan benar. Disini tidak ada yang
mau disalahkan, semua benar, untuk itu saya tidak begitu ambil pusing
memikirkan alasan-alasan yang menyakitkan hati.
Yang pasti saya
tidak berbicara ini adalah sebuah kasus, akan tetapi saya melihat inilah,
adalah tantangan hidup yang harus saya lalui dengan berbagai konsekwensi dan
stiqma yang mungkin bisa lahir dari apa yang terjadi setelah saya sedikit
hengkang dari hiruk pikuknya penelitian, kampus, dan birokrasi.
Setiap orang
memiliki alasan dalam hidupnya, saya juga percaya bahwa setiap individu yang
terlahir di dunia ini dasarnya adalah fitri, suci, dan memiliki hati yang baik.
Saya akan berusaha berfikir lebih positif, meski jujur saya juga merasakan
lelah sebagai seorang manusia, saya mungkin tidak boleh untuk mengeluh, untuk
itu saya minta maaf jika kata “lelah” salah dipandang sebagian orang.
Baiklah saya akan
memulai inti kisah tentang simbiosis ini.
Pada semester awal
saya kuliah, saya sangat bersemangat meraih impian saya, karena disinilah saya
menggantungkan masa depan saya. Segala kekurangan yang ada pada diri saya, saya
usahakan untuk disiasati, seperti mengumpulkan karya yang selalu mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit, dan mungkin juga biaya-biaya kuliah lainnya yang
membutuhkan dana yang tidak ringan.
Hemat cerita
akhirnya semua itu bisa saya lalui sampai saya Alhamdullilah sudah bebas teori,
tinggal hanya memikirkan skripsi. Disinilah saya mencoba untuk tegar, segala
upaya yang saya bisa saya lakukan, dari observasi, mewawancarai guru sebagai
sumber untuk pembuatan judul dan proposal sebelum membuat skripsi, dan
konsultasi.
Namun di tengah
perjalanan harus ada batu yang sangat besar menghalangi langkah saya kedepan,
batu ini terlalu berat apabila saya angkat dengan bobot dan besar tubuh saya
yang terbilang kurus. Ini adalah pengistilahan, karna untuk menguraikannya saja
saya sudah pusing duluan. Yang pasti, saya mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Mengenai apa alasannya biar saya yang mengalah,
semua kesalahan memang ada dalam diri saya.
Saya berusaha untuk
bekerja mencari biaya kuliah, dan berkat seorang teman saya direkomendasikan
bekerja di dua lokasi sekaligus, yang satu menghasilkan uang yang kemungkinan
bisa untuk membayar semesteran, dan yang satunya bisa untuk melatih hobi dan
jurusan kuliah saya.
Saya bekerja di
cake and bakery dan saya juga mengajar ekstra kulikuler melukis di tempat lain.
Inilah yang saya coba untuk memaknainya sebagai simbiosis komensalisme. Dimana
skripsi, kuliah saya harus terhenti karena teknis dan biaya, di tempat yang
lain saya bisa mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan kuliah. Ada pengorbanan
besar yang saya harus pikul, rasa sakit karena harapan saya harus terhenti
untuk beberapa waktu, dan berkah saya bisa belajar banyak untuk bekerja dan
mengasah ilmu pengetahuan yang pernah saya dapatkan untuk bisa diterapkan
menjadi sebuah pembelajaran bersama yang saya sampaikan kepada yang
mengapresiasi jurusan program studi kuliah saya.
Saya akan tetap
bersyukur. Semoga skripsi saya selesai tepat waktu, dan semoga gaji yang saya
peroleh mampu untuk membiayai kuliah saya. Amiiin, KabulkanLah Ya Alloh.
Terimakasih.
Saya Cake & Bakery
Murid-murid yang mengikuti eks-kul melukis yang saya bawakan