Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Minggu, 01 September 2013

Itu Hanya Perasaanmu Saja


Itu Hanya Perasaanmu Saja
(Untuk Dewasa)
Mencintai bukanlah sebuah dosa, itu yang saya pahami. Cinta sangatlah universal, tidak semata bagaimana kita mencintai terhadap apa yang ingin kita miliki. Tapi bukan berarti ketika kita bersikap baik terhadap seseorang lantas dia boleh seenaknya dengan mudah mengasumsikan bahwa ia teristimewa, sehingga membuatnya tinggi hati. Saya menangkap dari beberapa yang saya alami, meski hal tersebut tidaklah dikatakan, tapi yang jelas sikap dan tindakan mereka keliru. Dizaman sekarang yang membingungkan antara apakah kiamat sudah dekat ataukah kiamat itu sedang terjadi, mustahil kita bisa menutup mata dengan kebebasan sekaligus pencerahan yang menebar ke segala penjuru bumi. Sampai-sampai alam fikiran juga tidak luput dari pengaruh zaman.

Dalam suatu kondisi dan waktu saat perasaan yang biasa dan memang standar tidak ada maksud hati lebih untuk menyukai atau sampai ingin memiliki seseorang, karena mereka hanya seperti teman, adik, saudara dan hanya sebatas itu. Saya sudah terbiasa bersikap yang barangkali terlalu ramah dan formal terhadap seorang wanita.

SEPERTI SEPENGGAL KISAH BERIKUT
  • Dalam sebuah facebook ada seorang teman SMA, seorang wanita yang nge”add” facebook saya. Kebetulan saya benar-benar lupa terhadap orang ini, ya maklum saya sekolah SMA di kalimantan hanya enam bulan alias satu semester saja, dan baru setelah bertahun-tahun ia tiba-tiba nge”add facebook” saya. Ya ia adalah kawan SMA di kalimantan dulu. Kebetulan dalam satu kelas dulu kita sama-sama orang jogja dan kita tidak terlalu dekat sebatas teman kelas tidak lebih. Ketika saya meminta untuk dibantu mengingat dengan benar tentang siapa dia, akhirnya berhasil saya diingatkan olehnya. Saya tentu saja sangat apresiatif, dan dengan basa-basi saya menawarkan ia untuk kapan-kapan ke jogja, main-main kerumah. Secara tidak terduga tanggapannya saya pikir hiperbola, ia malah mengutarakan kurang lebihnya seperti ini “maaf kamu terlambat saya sudah punya keluarga, anak, dan suami”. Dalam hati saya “terus apa kaitannya?”. Ternyata ia menanggapi terlalu memakai fikrannya sendiri. Saya hanya ingin tertawa “unik”. Ternyata mereka membuat imajinasi mereka sendiri. Mungkin dengan begitu ia merasa teristimewa, tapi ya selama ia bahagia bukan masalah. Mungkin itulah fikiran sebagian wanita yang tidak saya mengerti.

  • Kemudian dalam sebuah kebetulan ketika saya opname di rumah sakit tiba-tiba saya mendapat kejutan, kawan-kawan MTS yang sudah sangat lama sekali, datang menjenguk saya. Tentu saja saya merasa senang. Kemudian saya harus berfikir dalam lagi untuk mengingat nostalgia lama yang tersimpan di bawah fikiran. Biasalah kalau reuni pastilah yang dibicarakan kebiasaan-kebiasaan dulu sekolah, guru-guru dan semacamnya. Tapi sayangnya dulu waktu MTS saya tidaklah begitu populer saya hanya siswa kuper yang sedikit teman dan otomatis sedikit cerita, jadi banyak yang “miss” disaat mereka membicarakan masalah nostalgia MTS ini.
Saya memiliki kekurangan salah satunya terlambat dalam menemukan ingatan, namun sekali ingat langsung sampai ke detil-detilnya bisa saya ceritakan, itulah kekurangan saya. Begitu saya ingat, saat itu pula saya begitu antusias terhadap salah seorang diantara empat teman yang menjenguk saya di rumah sakit tersebut, kebetulan ia satu-satunya perempuan. Saya menceritakan kalau kita dulu pernah dekat sebagai teman, sampai segala pembicaraan anak puber waktu itu kita ceritakan blak-blakan. Saya hubungi ia lewat SMS segala rahasia yang ternyata ia sudah melupakannya, sedangkan saya sangat mengingatnya. Lagi-lagi saya dengan jelas tidak menyimpan perasaan apapun. Seperti biasa mungkin ia berfikir saya ada perasaan terhadapnya, mungkin merupakan alasan yang tepat ia mengira demikian, sebab memang saya “jomblo” bahasa zaman sekarangnya. Tidak berapa lama saya di undang dalam acara ulang tahunnya, saya pun merasa senang. Sesampai disana saya langsung disambut dengan baik, kita saling menyapa diantara semua undangan yang datang. Dan saya pun diajaknya berfoto berdua, saya pun dengan senang hati, karena ia memang seperti sahabat dikala MTS ia bisa dekat terhadap siapa saja, bahkan orang kuper seperti saya bisa ia ajak menjadi kawannya. Dan setelah itu saya diperkenalkan dengan calon suaminya, ya ia tidak memberi tahu secara eksplisit, tapi dari bahasa tubuh, bahasa alamnya saya sudah tau bahwa ini calon suaminya. Dan terakhir merekapun menikah, saya diundang. Intinya hampir mirip cerita diatas, hanya saja yang ini lebih elegan.

Dan masih banyak lagi cerita yang serupa dengan cerita yang saya sampaikan. Namun dari pengalaman cerita ini saya dapat memetik beberapa makna diantaranya

1. Setiap orang memiliki jalan fikirannya sendiri yang terkadang jalan fikiran tersebut adalah sebuah       nasehat untuk kita supaya kita bersikap lebih wajar.
2. Wanita itu unik, dan mereka suka terhadap sesuatu yang terkadang itu khayal, meski tidak semua.
3. Setiap sikap yang ditunjukkan terhadap kita sebenarnya itu ada peringatan di dalamnya untuk kita, terlepas ia bersikap benar ataukah tidak benar dalam menilai kita.
4. Jujur dari semua wanita yang saya kenal masih belum ada yang pas, meski banyak sekali yang menarik hati. Dan buat saya jodoh itu pastilah yang mengerti kita apa adanya, bukan adanya apa

Dan akhirnya terimakasih teman, sahabat wanita-wanita, kalian sungguh teristimewa dan menginspirasi saya untuk tetap semangat dan tersenyum sekaligus tertawa dengan segala fikiran-fikiran kalian. (tidak bermaksud membawa-bawa gender) PEACE (^_^) V


JAM BERAPA?