SADDES
Disaat saya
pertamakali mengenal apa itu rasa, saya lebih dulu mengenal rasa sedih. Tentang
bagaimana saya menangis, terisak, tertekan, terperih, terpilu. Pada awalnya
saya berfikir bahwa kesedihan sejati hanyalah khayal, tidak ada di kehidupan
nyata. Kesedihan kehidupan hanya ada dalam cerita, film, serial korea yang
sangat menghibur hati saya. Tapi ternyata saya salah, kesedihan tidak hanya
terdapat pada cerita-cerita belaka, saya mendengar dan menyaksikannya secara
nyata.
Setiap orang
memiliki hiburan mereka masing-masing. Ada yang suka rock, pop, jazz, classic,
tradisional, dangdut dan masih banyak lagi selera dan gaya setiap individu
manusia. Saya adalah diantara sedikit yang memiliki hiburan hati dengan selera
yang melankolik tertentu (tidak semua
jenis melo).
Ketika saya dapat
mengeluarkan air mata, itulah titik dimana katarsis jiwa saya sedang
berlangsung. Saya tidak merasa malu karena saya seorang laki-laki
Saya mendengar
langsung dari teman saya, yang membuat hati saya sedikit iba dibuatnya. Hal
pertama yang saya rasakan adalah tidak percaya. Tapi inilah fakta yang ia
ceritakan kepada saya. Ia memutus hubungan tali kasih mereka ketika ia
mengungkap cerita yang menurut saya ini hanya ada di drama korea. Ia putus
dengan kekasihnya tersebut bukan karena penyakit yang diderita oleh kekasihnya,
tapi sejak awal ia telah mencoba untuk mempertahankan hubungan mereka yang
mereka jalin sudah lama, namun akhirnya memang tidak ada kecocokan.
Kekasihnya tersebut
menderita penyakit lupus hampir sejenis dengan leukimia, penyakit ini menyerang
darah, sedangkan ibu dari kekasihnya tersebut menderita kanker payudara,
kemudian lengkaplah cerita hidupnya ayahnya meninggal karena penyakit dan ia
tinggal dengan keluarga barunya dengan ayah tiri, keluarga, dan ibu kandungnya.
Yang membuat saya
tidak percaya adalah apa yang dialami mantan kekasih teman saya tersebut persis
dengan gejala yang ditunjukkan dalam drama korea, dimana setiap cerita
penderita kanker atau leukimia pasti ia mimisan, itu juga terjadi pada kekasih
teman saya tersebut.
Tragisnya dulu ia
pernah bercerita bahwa ada seorang lelaki yang pernah bekerja bersamanya ketika
kuliah tertarik kepada kekasih teman saya tersebut. Dan lelaki tersebut
meninggal kerena leukimia.
Dan lengkaplah
cerita mereka ketika mereka berpisah, hubungan sesama teman kita pun tidak
seakrap dulu, kita hanya masih berteman di facebook sebagai teman. Semoga mereka
hidup dalam kebahagiaan.
Cerita lain yang
membuat saya cukup terenyuh adalah kehidupan teman SMA saya ketika di Kalimantan
Barat, Bengkayang. Sebagai anak pertama, teman saya tersebut harus menjaga toko,
mengurus pekerjaan rumahnya, dan menjaga ibunya yang terbaring lemah menderita
kanker payudara. Ia memiliki jiwa sosial yang tingggi tanpa melihat siapa kita,
dari mana kita, dan SARA apa kita. Naluri kemanusiaanya benar-benar kuat. Ia
menjalani kehidupannya dengan penuh kesederhanaan dan tanggung jawab yang
tinggi, saya salud terhadap kehidupannya. Berkat teman saya ini saya banyak
terbantu secara mental dan materi, ayah dari teman saya ini membantu biaya
pulang saya ke Yogyakarta ketika saya kekuarangan uang, dengan cara ayah teman
saya ini menerima sepeda butut saya untuk saya jual kepadanya.
Tidak kalah
menyedihkannya kisah dari mama saya sendiri, dan kisah ini mirip dengan kisah
kekasih teman saya yang saya ceritakan di awal. Ketika mama saya hidup sendiri
menjanda menghidupi 3 anak-anaknya, termasuk saya, dengan kekuatannya dan
tangannya sendiri tanpa adanya bantuan dari mantannya yang tidak memiliki
tanggung jawab sebagai laki-laki. Mama saya tidak sedikitpun protes atau pun
menuntut apapun, ia menjalankan hidup ini penuh ketulusan demi anak-anaknya,
yang penting ia mencari nafkah dengan cara yang halal. Tidak hanya itu mama
juga sangat memperhatikan keadaan mental, jiwa, dan kesehatan kami. Hemat cerita
mama saya telah lama menyendiri ia pun merasa usianya sudah tidak muda. Dengan kondisinya
ia sangat berhati-hati dalam memilih calon ayah kami. Sampai kepada ia bertemu
dengan teman seprofesinya, ia pun dijanjikan dengan masa depan bersama lekaki
bujang tersebut. Tapi takdir memilukan harus mama saya alami, lelaki tersebut
menikah dan memiliki anak dengan orang lain tanpa ada kejelasan sebelumnya,
mama saya pun datang dalam pesta pernikahan mereka, belum berapa lama dari pernikahan
tersebut, sering didapati lelaki tersebut ijin keluar ketika sedang bekerja,
wajahnya pun terlihat sangat pucat, dan akhirnya ia meninggal dengan penyakit
leukimia secara mendadak, karena tanpa ada kejelasan sebelumnya jadi terkesan
serba mendadak.
Inilah cerita nyata
dari kisah yang tidak hanya saya dengar atau hanya ada dalam drama korea.
Semoga kita banyak belajar dari hidup orang lain. Semoga kita senantiasa diberi
kesehatan hati di atas kesehatan fisik kita, seberapapun penyakit yang kita derita,
menjadi manusia yang baik adalah akhir yang lebih indah dari kehidupan manapun.
Terimakasih
Saya memohon maaf
telah mengambil foto tanpa ijin dalam penulisan cerita ini serta,
Saya memohon maaf
jika ada yang keliru dan tidak berkenan dihati dalam penulisan cerita ini