Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Sabtu, 15 Desember 2012

SADDES



SADDES
Disaat saya pertamakali mengenal apa itu rasa, saya lebih dulu mengenal rasa sedih. Tentang bagaimana saya menangis, terisak, tertekan, terperih, terpilu. Pada awalnya saya berfikir bahwa kesedihan sejati hanyalah khayal, tidak ada di kehidupan nyata. Kesedihan kehidupan hanya ada dalam cerita, film, serial korea yang sangat menghibur hati saya. Tapi ternyata saya salah, kesedihan tidak hanya terdapat pada cerita-cerita belaka, saya mendengar dan menyaksikannya secara nyata.

Setiap orang memiliki hiburan mereka masing-masing. Ada yang suka rock, pop, jazz, classic, tradisional, dangdut dan masih banyak lagi selera dan gaya setiap individu manusia. Saya adalah diantara sedikit yang memiliki hiburan hati dengan selera yang melankolik tertentu (tidak semua jenis melo).

Ketika saya dapat mengeluarkan air mata, itulah titik dimana katarsis jiwa saya sedang berlangsung. Saya tidak merasa malu karena saya seorang laki-laki 

Saya mendengar langsung dari teman saya, yang membuat hati saya sedikit iba dibuatnya. Hal pertama yang saya rasakan adalah tidak percaya. Tapi inilah fakta yang ia ceritakan kepada saya. Ia memutus hubungan tali kasih mereka ketika ia mengungkap cerita yang menurut saya ini hanya ada di drama korea. Ia putus dengan kekasihnya tersebut bukan karena penyakit yang diderita oleh kekasihnya, tapi sejak awal ia telah mencoba untuk mempertahankan hubungan mereka yang mereka jalin sudah lama, namun akhirnya memang tidak ada kecocokan.

Kekasihnya tersebut menderita penyakit lupus hampir sejenis dengan leukimia, penyakit ini menyerang darah, sedangkan ibu dari kekasihnya tersebut menderita kanker payudara, kemudian lengkaplah cerita hidupnya ayahnya meninggal karena penyakit dan ia tinggal dengan keluarga barunya dengan ayah tiri, keluarga, dan ibu kandungnya.

Yang membuat saya tidak percaya adalah apa yang dialami mantan kekasih teman saya tersebut persis dengan gejala yang ditunjukkan dalam drama korea, dimana setiap cerita penderita kanker atau leukimia pasti ia mimisan, itu juga terjadi pada kekasih teman saya tersebut.

Tragisnya dulu ia pernah bercerita bahwa ada seorang lelaki yang pernah bekerja bersamanya ketika kuliah tertarik kepada kekasih teman saya tersebut. Dan lelaki tersebut meninggal kerena leukimia. 

Dan lengkaplah cerita mereka ketika mereka berpisah, hubungan sesama teman kita pun tidak seakrap dulu, kita hanya masih berteman di facebook sebagai teman. Semoga mereka hidup dalam kebahagiaan.


Cerita lain yang membuat saya cukup terenyuh adalah kehidupan teman SMA saya ketika di Kalimantan Barat, Bengkayang. Sebagai anak pertama, teman saya tersebut harus menjaga toko, mengurus pekerjaan rumahnya, dan menjaga ibunya yang terbaring lemah menderita kanker payudara. Ia memiliki jiwa sosial yang tingggi tanpa melihat siapa kita, dari mana kita, dan SARA apa kita. Naluri kemanusiaanya benar-benar kuat. Ia menjalani kehidupannya dengan penuh kesederhanaan dan tanggung jawab yang tinggi, saya salud terhadap kehidupannya. Berkat teman saya ini saya banyak terbantu secara mental dan materi, ayah dari teman saya ini membantu biaya pulang saya ke Yogyakarta ketika saya kekuarangan uang, dengan cara ayah teman saya ini menerima sepeda butut saya untuk saya jual kepadanya.


Tidak kalah menyedihkannya kisah dari mama saya sendiri, dan kisah ini mirip dengan kisah kekasih teman saya yang saya ceritakan di awal. Ketika mama saya hidup sendiri menjanda menghidupi 3 anak-anaknya, termasuk saya, dengan kekuatannya dan tangannya sendiri tanpa adanya bantuan dari mantannya yang tidak memiliki tanggung jawab sebagai laki-laki. Mama saya tidak sedikitpun protes atau pun menuntut apapun, ia menjalankan hidup ini penuh ketulusan demi anak-anaknya, yang penting ia mencari nafkah dengan cara yang halal. Tidak hanya itu mama juga sangat memperhatikan keadaan mental, jiwa, dan kesehatan kami. Hemat cerita mama saya telah lama menyendiri ia pun merasa usianya sudah tidak muda. Dengan kondisinya ia sangat berhati-hati dalam memilih calon ayah kami. Sampai kepada ia bertemu dengan teman seprofesinya, ia pun dijanjikan dengan masa depan bersama lekaki bujang tersebut. Tapi takdir memilukan harus mama saya alami, lelaki tersebut menikah dan memiliki anak dengan orang lain tanpa ada kejelasan sebelumnya, mama saya pun datang dalam pesta pernikahan mereka, belum berapa lama dari pernikahan tersebut, sering didapati lelaki tersebut ijin keluar ketika sedang bekerja, wajahnya pun terlihat sangat pucat, dan akhirnya ia meninggal dengan penyakit leukimia secara mendadak, karena tanpa ada kejelasan sebelumnya jadi terkesan serba mendadak.


Inilah cerita nyata dari kisah yang tidak hanya saya dengar atau hanya ada dalam drama korea. Semoga kita banyak belajar dari hidup orang lain. Semoga kita senantiasa diberi kesehatan hati di atas kesehatan fisik kita, seberapapun penyakit yang kita derita, menjadi manusia yang baik adalah akhir yang lebih indah dari kehidupan manapun. Terimakasih 

Saya memohon maaf telah mengambil foto tanpa ijin dalam penulisan cerita ini serta,
Saya memohon maaf jika ada yang keliru dan tidak berkenan dihati dalam penulisan cerita ini 


JAM BERAPA?