MELIHAT, MENDENGAR,
MERASA
(Dewasa)
Akhir musim
kemarau panjang ini, merupakan awal hujan yang sangat dinantikan. Telah banyak
kisah hidup ini, baik-buruk sudah dilalui dengan berbagai cerita dibalik
maknanya.
Ibarat
menyaksikan sebuah pergelaran drama Dari Tuhan, hal itulah yang akan saya
ceritakan. Menyaksikan opera kehidupan yang tersaji sempurna dalam frame kacamata hati bagi rasa, mata
mengamati, dan dengan telinga menyimak.
Pertama, saya
menyaksikan kisah dari kehidupan seorang teman dari keluarganya. Seperti
paradox kehidupan itulah yang saya maknai dari kisahnya ini. Dalam keluarganya
yang kental sekali akan ajaran agama yang taat, dibuktikan dengan pendidikan
berbasis agama yang dikenyam oleh anak-anak dari keluarga ini. Bahkan ayahnnya
merupakan pengutbah rohani di mimbar. Tiba-tiba salah satu anak dari keluarga
tersebut menyimpang dari aturan yang sudah terbentuk kental akan agama yang
mereka pegang teguh. Anak tersebut “menghamili” sebelum menikah. Sontak tak
percaya tapi nyata. Lahirlah anak kecil tanpa dosa dari buah perbuatan haram dari
orangtuanya. Tanpa bermaksud “sok suci” saya hanya berusaha menyampaikan dengan
gaya saya.
Setelah
kejadian tersebut banyak perubahan yang saya rasakan dari keluarga ini
khususnya teman saya tersebut. Mereka terasa lebih dingin tak seramah dahulu
kala. Hal ini membuat hati saya terenyuh, segala upaya yang bisa saya lakukan
seolah tak membuat pandangan mereka, seolah terusik, terganggu dan merubah
pandangan saya bahwa mungkin itulah sikap mereka. Saya pun tak akan ikut
campur. Tapi jujur saya ada sedikit merasa iba sekaligus sangat disayangkan tak
seharusnya mereka harus merubah sikap mereka. Tapi inilah salah satu bentuk
cerita Dari Tuhan yang saya hanya bisa menyaksikan dengan bijak "idealnya".
Cerita
selanjutnya tentang seorang anak manusia lugu, nalar, dan cerdas dengan kisah
cintanya yang memilukan. Ia datang dari jauh-jauh Jakarta ke Jogjakarta. Ia
berangkat menggunakan kereta hanya
berbekal hati dan jiwanya yang besar. Ia akan menemui mantan kekasihnya kala
berkuliah di Jogjakarta, hingga kini ia tetap setia dengan kelajangannya karna
baginya hanya mantan kekasihnyalah yang pertama dan masih yang pertama hingga
kini, -entah kedepan- yang pasti ia meyakini jodoh sudah ada Yang Mengatur, -jodoh
tak lari kemana-. Sebenarnya apa yang ia cari, yang ia kunjungi sehingga ia
sedari pagi buta menyempatkan datang ke Jogjakarta?... adalah menghadiri undangan
pernikahan sang mantan kekasihnya. Bayangkan bagaimana seharusnya perasaannya.
Namun di luar sangkaan kita ia terlihat tegar dan semangat tanpa ada raut
kesedihan. Inilah Kisah Drama Yang Tuhan tunjukkan kepada saya.
Dan yang
terakhir kisah tentang orang-orang beruntung yang bahagia dikaruniai rezeki
halal dan cukup, suami dan istri yang penyayang, dan anak-anak yang sholeh dan
sholehah, mereka sederhana dalam kekayaan yang Dipercayakan kepada mereka,
mereka ramah dan santun dalam kehormatannya, mereka berjuang dan gigih dalam
cita dan asa, mereka bekerja keras penuh tanggung jawab dalam kepemimpinannya.
Merekalah
semua teman-teman, saudara dan orang-orang yang menjadi manusia yang memahami
bahwa segala kehidupan cerita dalam kehidupan ini, entah dalam bentuk baik dan
buruk dalam pandangan manusia. Mereka menerima dengan tetap berusaha
memperbaiki diri tanpa berhenti. Sebab ujian, cobaan Yang Tuhan titipkan bukan
untuk kita keluhkan, bukan untuk kita dendamkan. Dalam dualisme ujian Tuhan
melihatkan kepada kita tentang sandiwara kehidupan. Ada yang di uji dalam
bentuk kebahagiaan, ada pula yang di uji dalam bentuk kesedihan. Kesemuanya
bermuara pada satu sumber. Ingatkah kita akan Kasih, Sayang-Nya?... Ia lah Yang
Maha Besar, Maha Kasih, dan Maha SEGALANYA.