Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Kamis, 28 November 2013

MEREKA YANG TELAH TIADA

MEREKA YANG TELAH TIADA
Pernah ditinggalkan oleh orang-orang yang mendahului kita di dunia?, saya yakin itu bukanlah pertanyaan yang perlu dijawab, karena setiap kita yang lahir di dunia ini sudah tentu ada pula yang meninggalkan dunia ini. Entah ada angin apa tiba-tiba saya ingin sedikit bercerita tentang mereka yang pernah ada di dunia dan meninggalkan dunia dengan meninggalkan kenangan dalam cerita kehidupan saya :). Terlepas bagaimana mereka hidup setelah meninggal semua adalah rahasia Tuhan. Saya hanya akan bercerita mengenai kenangan-kenangan manis yang berkesan dari mereka. Kebetulan dari ingatan yang tersimpan dalam kenangan saya adalah kenangan mereka yang sudah berusia lanjut.

Cerita pertama ialah kenangan bersama mbah buyut. Saya memanggilnya mbah ketirjo, karena ia tinggal di dusun ketirjo, sampai saya tidak tahu nama aslinya. Dulu sejak SD saya sering jalan-jalan atau naik sepeda mengelilingi dusun-dusun dan sawah-sawah. Saya punya kegemaran bertandang kerumah orang-orang yang saya kenal untuk bermain dan hanya mencari hal-hal yang berkaitan dengan petualangan. Ya maklum saya dibesarkan di hutan, tepatnya di Kalimantan yang memang masih banyak hutan belantara. Setiapkali saya bertandang saya selalu diceritakan tentang zaman penjajahan, tentang penjajah belanda, penjajah jepang dan tentang PKI. Saya masih ingat ketika mbah buyut bercerita mengenai perang dunia. Ia bercerita bahwa ia harus bersembunyi di bawah tanah yang dilubangi cukup dalam seperti liang lahat kemudian ditutupi jerami. Setiap ada pesawat di langit lewat semua orang bersembunyi di lubang itu. Jika tidak bersembunyi maka akan terkena tembakkan dari penjajah. Tapi sayangnya ceritanya kurang spesifik. Setiapkali saya tanyakan siapa penjajah itu, ia menjawab “londo, jepang, PKI”. Setiap minggu saya rutin berkunjung untuk mendengarkan cerita-cerita yang menarik perhatian saya. Dan terakhir saya berkunjung ialah ketika mbah buyut kakung memberikan tempat biasanya dia merokok yang terbuat dari kuningan di dalamnya ada uang-uang kuno dan uang Belanda-Indonesia yang biasa dipakai untuk kerokkan. Beberapa hari kemudian ia meninggal. Mbah buyut yang putri ia pindah ketempat anaknya. Dan rumah itu tak berpenghuni hingga kini. Selang beberapa tahun mbah buyut yang putri pun meninggal. Hingga kini setiap tahun saya mengunjungi nisannya terutama disaat seusai Sholat idulfitri.

Berlanjut ke cerita yang lain. Namanya pak Saimin. Ia adalah guru ketika saya SD di Yogyakarta, tepatnya kelas 3 SD. Pak Saimin adalah guru yang rajin dan pandai menggambar. Ia berbeda dari guru-guru kebanyakan atau guru lain di sekolah saya. Ia mengajar dengan caranya sendiri. Ia tidak bisa berbicara jelas, bahkan memang tidak jelas. Suaranya tidak bisa dimengerti. Sesekali ia selalu membersihkan bibirnya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa, karena ia selalu batuk. Biarpun demikian kami (seluruh siswa) tetap meyimak apa yang disampaikan oleh pak Saimin. Kadang saya merasa kasihan, sudah sakit seperti itu masih saja ia rajin untuk mengajar. Karena kondisinya setiap kali masuk kelas ia langsung menggambar, ia pernah menggambar sapi, gajah dan rusa. Ia juga pandai menulis huruf jawa. Setelah itu ia meninggal dunia. Yang membuat saya masih mengingat pak Saimin adalah karena ia gigih, tidak peduli di olok-olok oleh guru lain bahkan oleh sebagian siswa, ia menunaikan kewajibannya penuh tanggungjawab sesuai kemampuannya dengan caranya. Mungkin kalau sekarang ada guru seperti ia, maka sudah dipensiun dini. Tapi pak Saimin tidak, ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengajar sebagai seorang guru.

Sebenarnya masih banyak kenangan yang mereka (orang yang mendahului kita) tinggalkan, tapi karena saya hanya ingin sedikit saja bercerita, jadi sedikit saja yang dapat saya ceritakan dari cerita yang sebenarnya lebih panjang dan banyak lagi yang lain. Nah lalu saya berfikir bagaimana dengan kita ya?.... sudahkah kita menyiapkan kenangan yang mungkin mereka (orang yang kita dahului kelak/nanti) kenang dengan kenangan yang manis?....

Saya banyak belajar dari mereka, mereka yang sudah tua, atau meraka yang sudah mendahului kita. Mereka tidak pernah tahu kapan mereka berpulang, yang mereka tahu adalah mereka mengasihi antara sesamanya. Dari kasih sayang itulah lahir yang namanya kenangan manis. Dari kenangan manis itulah kita belajar mengasihi. Dari kenangan manis yang mereka tinggalkan itulah kita mengenal Tuhan

Kenangan itu tidak diciptakan, tapi kenangan itu lahir dari perbuatan kita, kasih sayang kita. Kita harus berjuang, kita harus bekerja keras, dan kita tetap harus saling mengasihi :)


JAM BERAPA?