Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Jumat, 31 Mei 2013

REINKARNASI?...


REINKARNASI?...
(untuk dewasa)

Kita pernah mendengar istilah reinkarnasi?, ya pastilah kita pernah. Reinkarnasi adalah hidupnya kembali seseorang, atau kisah yang dulunya pernah hidup atau terjadi dimasa lampau lahir kembali atau juga bisa sebuah siklus yang memutar dan semacamnya. Mungkin ada kepercayaan tertentu yang meyakini faham reinkarnasi ini, kebetulan saya penganut agama ISLAM otomatis saya punya keyakinan sendiri sesuai agama yang diajarkan oleh agama saya. Bahkan ada penelitian mengenai reinkarnasi oleh para ahli, dan tentu masih ada pro kontra didalamnya. Belum lagi banyak pengakuan-pengakuan mengenai reinkarnasi ini. Seperti pernah bermimpi, de javu dan semacamnya. Unik sekali jika membicarakan tentang reinkarnasi, karena didalamnya terdapat imajinasi dan suatu daya hayal yang mengotak-atik fikiran dan perasaan kita untuk membayangkannya.

Seperti biasanya dalam blog saya tentu saya menceritakan kisah nyata dari kehidupan saya sendiri bukan orang lain, jadi saya akan sedikit saja menceritakan kisah nyata yang hampir mirip dengan reinkarnasi. Percaya atau tidak cerita yang mirip reinkarnasi ini terjadi belum lama dalam kehidupan keluarga saya. Pada awalnya saya tidak mengerti kenapa hal seperti ini terjadi dan saya ikut mengalami kejadian ini, namun ini bukanlah kisah reinkarnasi yang baik.

Sebut saja “x” adalah saudara saya, kenapa hanya inisial samaran karena ini aib jadi cukup untuk pembelajaran saja. Saya juga tidak ingin menyinggung atau justru salah jika terlalu fulgar menceritakannya dengan gamblang. “x” mengabarkan kepada saya, bahwa ia akan segera melangsungkan pernikahan, saya pun cukup terkejut tapi terkejut yang senang pada awalnya karena saudara saya akan menikah, dan menikah adalah ibadah. Keterkejutan saya akhirnya berubah, yang awalnya ikut merasa bahagia karena saudara kita ada yang sudah mendapat pasangan hidup untuk membina dan beribadah atas rumah tangga yang berasaskan cinta suci didalamnya. Tapi ternyata keluguan saya keliru ia menikah disebabkan kecelakaan, ya tau sendiri maksudnya. Karena pernikahan mereka dipaksakan hanya untuk menutup aib tentu saja pada akhirnya banyak yang membicarakannya, dan juga pada akhirnya juga hubungan mereka tidak harmonis.

Selang beberapa waktu yang tidak begitu lama, tiba-tiba sebut saja “y” adik dari saudara saya yang menikah diawal mengikuti jejak kakaknya, kasusnya sama karena kecelakaan sehingga harus dinikahkan, lebih parahnya kabarnya diketahui terlambat setelah hamil besar dan mereka bertemu melalui facebook. Betapa terenyuhnya hati saya. Perasaan malu, dan bingung campur baur untuk mendefinisikannya.

Mungkin yang menjalani biasa-biasa saja, atau berusaha membiasakan diri mereka. Namun yang tau bahwa itu melanggar agama dan norma pastilah hati siapa yang tidak terpukul, apalagi masih sedarah meski tidak sekandung (semoga tidak terjadi dalam keluarga kami sekandung)

Kejadian itu pun terjadi pada saudara-saudara sedarah yang lain yang tinggal dalam satu kampung dengan saya, seolah mereka serempak janjian karena kejadiannya hampir bersamaan semua tidak tanggung-tanggung dalam satu tahun terjadi 6 kasus yang sama dan kebetulan masih sedarah.

Saya mendengar hal semacam ini kepala saya rasanya seperti berat, penat dan muak, karena mereka yang saya fikir dapat menjadi teladan yang ideal, yang terlihat ramah, peduli, ternyata hal seperti ini merobek makna itu semua. Apalagi saya juga sedarah meski tak sekandung, apa kata orang yang masih kuat memiliki faham bahwa tidak hanya penyakit bawaan yang bisa diturunkan, namun juga perbuatan negatif. Seperti istilah nila setitik rusak susu sebelanga.

Seolah membuka hal-hal yang dulunya saya tidak begitu faham. Dulu saya pernah mengikuti jejak ayah kandung saya di pulau borneo nun jauh dan terbentang jarak samudra dari Jogja, yang menjanjikan untuk bertanggung jawab menafkahi dan menyekolahkan saya ketika itu, dan setiap kali saya pulang sekolah atau habis melakukan aktivitas yang positif seperti mabit (malam bina iman dan taqwa), kerja kelompok belajar sekolah yang pulang hingga larut malam, atau main ditempat tetangga untuk saling bersilahturahmi juga mengenal, tiba-tiba segala sumpah serapah yang saya sendiri tidak tau masalahnya dimana keluar dari mulut-mulut mereka. Dan kini saya baru sadar ternyata mereka menilai saya serendah perbuatan mereka. Seolah mereka menilai semua orang seperti mereka. Untung dan saya bersyukur saya sekarang tidak lagi dekat dan hidup dengan mereka juga dihindarkan dari hal-hal yang tidak membaikkan saya. Disinilah kita patut berbangga hati karena kita berusaha keras terhindar dari larangan dan penyimpangan moral, bukan justru bangga karena bisa menghakimi orang lain sedang ia yang menghakimi tersebutlah yang perlu dihakimi, karena perbuatan bejat dan bobrok. Astagfirullohalazdim, semoga dijauhkan dari segala perkara yang negatif dari hidup ini. Amin

Nah, lalu dimana letak reinkarnasinya? Disinilah kita mulai. Setelah masalah-masalah yang sebenarnya tidak baik jika dibahas karena sebenarnya otomatis saya juga telah menyibak aib dan justru mungkin orang akan menilai buruk terhadap saya. Tapi saya berusaha menarik kesimpulan yang semoga bisa menjadi pembelajaran untuk hidup yang lebih baik.

Setelah kejadian tersebut saya berdialog dan menanyakan banyak hal kepada orang tua saya khususnya dari pihak keluarga mama saya. Banyak sejarah keluarga yang saya tidak tau sebelumnya jadi tau setelah banyak berbincang kepada keluarga mama saya yang tidak terkenal akan kasus dan skandal ini.

Mau percaya, atau tidak tapi inilah faktanya, memang dulu sejak nenek buyut saya khususnya dari sisi bapak kandung saya, terjadi kasus yang sama yaitu hidup bersama dengan cara yang tidak dibenarkan secara norma, atau agama. Ada yang maaf menghamili atau hamil diluar nikah, ada yang mengambil suami orang, ada yang mencuri dan masih banyak cerita-cerita bejat yang tidak pantas untuk diuraikan. Intinya dan anehnya ini berlangsung sejak dulu kala dan diulangi lagi oleh keturunan berikutnya, entah mereka sadar atau tidak tapi itulah yang terjadi.

Sampai saya berfikir mungkinkah itu disebabkan keturunan? Jadi sikap perbuatan yang negatif itu dapat diwariskan, tidak habis-habisbya saya berfikir. Ataukah ini ada kaitannya dengan darah, dengan hormon atau gen seperti penyakit bawaan atau keturunan? Tapi bukankah kita tidak hanya semata-mata menyalahkan keturunan saja, bukankah tingkah laku, tabiat dan perbuatan itu dapat dibentuk? Lalu apa gunanya pendidikan?

Masih mulia mereka yang dihina perawan tua atau bujang lapuk dan semacamnya tapi ia tetap menjaga makna apa yang disebut cinta suci.

Ingat kita ini manusia berakal, berhati nurani. Kalaupun kita tidak memiliki keyakinan, berfikirlah tentang generasi sesudah kita. Apa yang kita perbuat sekarang berdampak kepada generasi selanjutnya. Janganlah berpedoman hidup ini hanya untuk kita sendiri, tapi sayangilah calon-calon kehidupan setelah kita agar mereka kelak lebih baik dan hidup baik, damai, tenteram setelah kita. Karena tidak ada yang mampu mengalahkan musuh kita yaitu “syetan” kecuali kebaikan dan AGAMA.

Hal yang dapat saya petik dari kisah hidup saya ini adalah, kita memang perlu mengetahui asal-usul kita di dalam keluarga. Kita perlu mengetahui sejarah keluarga kita. Siapa nenek buyut kita, siapa orang tua kita. Dan kita juga harus kritis bertanya bagaimana kehidupan mereka dari yang baik hingga hal-hal yang dirasa perlu untuk diketahui supaya kita generasi berikutnya jangan sampai mengulang hal yang negatif yang pernah dilakukan orang tua kita baik nenek atau pun saudara kita yang lain. Kita harus memahami bahwa kita dapat belajar dari pengalaman mereka, mengambil yang baik untuk pegangan dan prinsip dan berusaha menghindari yang negatif untuk kita jauhi.

Kita memang jangan terlalu memarginalkan mereka yang terlanjur membuat kesalahan, karena pastilah lingkungan sudah cukup memarginalkan mereka. Hanya saja kita jangan mendukung perbuatan negatif mereka, kita tetap memberi pengaruh positif selama mereka menyadari dan bertobat. Jangan menghakimi tapi perlulah kita juga berjaga-jaga untuk kebaikan hidup kita. Inilah perlu adanya prinsip yang tegas bahwa perbuatan yang melanggar agama harus kita jauhi dan hindari sepenuhnya, tidak ada toleransi dan atau keringanan didalamnya.

Semoga kita jangan merasa bangga dengan kesalahan kita dengan alasan takdir, zaman, trend, dan semoga kita tidak menghakimi orang yang sebenarnya bukan kita yang pantas melakukannya, karena yang pantas menghakimi adalah Tuhan semata.

Segala sesuatu letaknya ada di hati tanyakanlah hati nurani. Dan seringlah untuk berdialog dengan keluarga untuk belajar mengenai hidup, mengenai agama, lalu setelah itu pahamilah. terimakasih



Selasa, 14 Mei 2013

EKSKUL YANG BERAKHIR


EKSKUL YANG BERAKHIR

Dengan penuh keyakinan saya selalu mengawali segala langkah kaki dengan sikap optimis dan sebisa mungkin menghilangkan pamrih dan keterpaksaan untuk melakukan pekerjaan yang buat saya adalah merupakan pengasahan perasaan kita sebagai seorang manusia. Di tempat ini, Al Azhar yang merupakan sekolah SMP yang berasaskan ISLAM dan sedang dalam proses berkembang saya mengajarkan bagaimana memahami seni khususnya melukis menjadi sebuah alternatif untuk mengungkapkan perasaan melalui jalur yang terarah dan santun. Bersama anak-anak yang tidak terlalu banyak hanya 6 orang itu pun ada yang harus keluar atau tidak bisa mengkuti kegiatan ekskul melukis dengan nyaman karena harus ijin dan sebagainya. Terlepas dari semua yang terjadi saya merasa cukup bahagia dapat memberikan sedikit saja yang saya punya kepada mereka, yaitu belajar bersama untuk mengungkapkan isi hati melalui media lukis dangan tetap menjunjung kesantunan hati, keramahan bertindak, dan tidak adanya keterpaksaan.

Dengan sambutan awal yang friendly, ramah dan lugunya anak-anak SMP, Saya merasa seperti diperlakukan dengan menyenangkan, dan memang cukup menyenangkan. Merupakan rutinitas yang selalu membuat hati rindu jika mengingat moment tersebut kini telah tiada.
Begitu saya masuk di dalam kelas saya harus menanti kedatangan mereka (anak-anak SMP Al Azhar). Sembari menantikan mereka siap untuk belajar bersama-sama saya selalu menyempatkan untuk memandangi setiap sisi dari tempat saya mengajar ini. Di balik jendela kelas saya melihat pemandangan kota yang sedang dibagun dengan tinggi dan bertingkat. Dan setiap kali saya datang perubahan itu terlihat jelas. Disana saya melihat kehidupan, melihat perubahan yang mengajarkan saya bahwa hidup ini adalah proses, proses yang melahirkan perubahan-perubahan didalamnya.
Tidak kalah menariknya pemandangan dari tingkat atas di depan kelas, saya melihat mobil dan kendaraan mulus menanti anak Al Azhar untuk dijemput. 
Dan ada moment langka yang menarik disaat anak-anak Al Azhar menemukan anak kucing kecil yang lucu dan menggemaskan. Mereka terlihat antusias memperdulikan kucing tersebut. Sampai ada yang membelikan susu untuk memberi makanan kepada bayi kucing tersebut. Mereka saling berebut untuk memegang kucing itu, dan mereka memamerkannya dihadapan saya. Inilah moment yang pastinya akan terkenang dalam hati saya.
 
Perpisahan mendadak yang tidak saya duga begitu saja datang, dan waktunya pun tepat ketika yang menghadiri ekskul hanya 2 orang anak yang setia dan antusias untuk melukis, untuk kenang-kenangan terakhir pun saya meminta mereka untuk berfoto bersama karya mereka yang belum sempat terselesaikan di hari terakhir. Kita pun berpisah di lorong gedung ketika sama-sama berjalan menuju jalan keluar untuk pulang.
Terimakasih banyak teman-teman kecil, adik-adik saya yang luar biasa. Jadikanlah melukis sebuah media kalian untuk mengungkapkan isi hati. Dan jadikanlah berkesenian untuk mengolah perasaan agar menjadi peka. Gunakanlah perasaan untuk memupuk hati menjadi hati yang ramah, hati yang selalu peduli terhadap siapapun. Dengan mengasah perasaan kita akan menemukan kedewasaan. Semoga apa yang pernah kita lakukan bersama menjadi sebuah pembelajaran yang bisa kita ambil positifnya. 
Saya pasti akan selalu merindukan kalian semua, yang sedikit, tapi yang bermakna lebih banyak. Karena tawa kalian, semangat kalian, dan kritis kalian adalah cerita yang membekas dan terlukis indah pada kanvas yang berupa waktu. Terimakasih salam rindu untuk kalian selalu, dan juga terimakasih kepada Ibu Cahya yang telah banyak membantu dan mendampingi saya mengajar anak-anak, sukses selalu serta SEMANGAT :)

Dan akhirnya ada awal pastilah ada akhir, saya tidak lupa menghaturkan banyak terimakasih dan memohon maaf apabila selama saya mengajar ada yang tidak berkenan baik khilaf ataupun tidak. TERIMAKASIH...

Beberapa hasil karya anak-anak Al Azhar yang sempat diabadikan




JAM BERAPA?