Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Minggu, 28 April 2013

AMORE


AMORE  
(untuk dewasa)

Setelah lama dan semakin tua inilah pengakuan saya tentang cinta. Cinta sengaja saya ambil dari bahasa perancis, karena memang cinta yang saya maksudkan dalam kisah nyata ungkapan perasaan saya kali ini mungkin hanya ada satu di dunia ini di jaman seperti sekarang ini. Kalau boleh saya menggunakan pilihan kata yang lebih fulgar, terkadang dalam benak saya, saya menilai diri saya dan khususnya hati saya sendiri saya adalah memang orang aneh karena lain dari pada yang lain. Atau mungkin bisa dikategorikan kelainan jiwa karena banyak orang yang menyebut saya sebagai “aneh”. Kita tahu dunia ini juga penuh penyimpangan-penyimpangan seperti yang menyebar oleh dunia penuh kebebasan seperti free sex, lesbian, homosexsual, bisexsual, pedofil, dan masih banyak lagi yang barangkali saya tidak begitu menguasai maksud dan jenis-jenisnya.

Percaya atau tidak sampai usia saya sekarang hampir 25 tahun, saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan “cinta”. Saya hanya memahami dan dapat merasakan apa itu istilah “cinta” hanyalah sebatas kasih sayang antara keluarga, teman, binatang, dan alam sekitar kita. Saya tidak begitu mengerti apa yang dimaksud cinta yang banyak orang bicarakan atau mengalaminya. Saya tidak mengerti cinta yang ada dalam filem, cerita, dan karya-karya lainnya yang oleh seniman atau oleh pemuja cinta dibuat cinta adalah kehidupan yang membahagiakan.
Saya adalah laki-laki yang normal dan tau mengenai hal-hal yang menyimpang ataupun tidak. Namun apa itu cinta saya sampai saat ini, sampai saya menuliskan kisah inipun saya tidak tau apa itu cinta. Kenapa saya menanyakan cinta, karena saya merasa saya tidak lagi muda, usialah yang membawa saya mencari apa itu cinta, ataukah dunia yang terlalu mengelu-elukan cinta sehingga saya tergoda untuk berfikir soal cinta?.

Buat saya usia yang hampir 25 tahun ini adalah usia yang membuat saya frustasi. Banyak teman-teman bahkan saudara yang seusia saya mereka telah hidup sebagai manusia yang banyak orang bilang utuh, mereka menemukan apa yang disebut “cinta sejati” mereka memiliki anak-anak yang banyak akal, dan lucu. Dan kita tidak dapat menyangkal dihadapan kita saja begitu banyak pasangan-pasangan kekasih hati. Sedangkan saya hanyalah seorang diri yang hanya mengasihani hidupnya sendiri. Inilah barangkali awal jiwa saya yang sakit.

Saya laki-laki normal yang takut terhadap wanita, takut untuk menyakitinya, takut bahwa tidak semua wanita berhati baik, takut bahwa saya tidak pantas mendapatkannya, dan masih banyak ketakutan-ketakutan yang lainnya. Sampai pada saya memutuskan saya tidak percaya lagi soal cinta. Entah itu cinta yang orang sebutkan, atau cinta-cinta dari paham kebebasan.

Saya belum pernah mengenal seorang wanita secara utuh yang dekat ataupun menjadi dambatan hati saya. Saya tidak ingin mencintai wanita, namun bukan berarti saya mencintai pria, pedofil atau punya faham kebebasan lainnya. Saya terlanjur takut, saya terlanjur beku setelah apa yang barangkali pernah saya alami. Saya melihat banyak sekali pasangan hidup yang hanya karena sebuah komitmen, atau hanya kecelakaan, Perceraian, lari dari tanggung jawab dan masih banyak lagi yang membuat saya tidak lagi percaya dengan apa itu “cinta” dimana cinta hanya diawali oleh tuntutan budaya, atau hanya oleh nafsu yang kemudian berakhir tanpa ada lagi kasih sayang.

Saya juga bukanlah orang bebas yang tidak menginginkan sebuah tanggung jawab yang harus saya emban dalam hidup ini. Inilah yang saya maksudkan barangkali saya lain dari pada yang lain. Yang mungkin ini bisa dikategorikan sakit jiwa oleh ahli psikologi, atau ahli jiwa.

Namun, hati saya yang paling dalam merintih kesakitan. Saya merasa iri hati dengan mereka yang mendapatkan dan menemukan cinta sejati mereka, saya merasa hidup saya sungguh sepi, saya merasa ingin menangis dalam hati. Apakah ini cinta? Ataukah ini hanya nafsu?

Sampai pada titik dimana saya mengubur dalam-dalam keinginan untuk menjadi seperti orang-orang. Tapi bagaimanakah hidup saya? Saya juga tidak ingin menjadi manusia egois, yang hanya hidup sendiri untuk dirinya sendiri. Sedalam apapun rasa itu dipendam sama saja hanya berusaha untuk menggalinya sedikit demi sedikit.

Semua memang kembali ke bagaimana kita menempatkan diri kita, mungkin saya laki-laki lemah yang tak seorang wanita pun tertarik terhadap saya. Saya sudah mengganggap barangkali inilah takdir hidup saya, saya tidak pernah menemukan kekasih hati sampai usia saya yang hampir 25 tahun ini.

Akhirnya saya harus tetap hidup bukan? Saya akan tetap hidup seperti ini. Mencintai segala Ciptaan terindah yang Tuhan berikan kepada saya. Alam, pepohonan, angin, dedaunan, binatang-binatang yang terbang di darat di air yang berbulu yang lucu, Iklim, suasana dan semua keindahan yang sangat saya cintai. Merekalah yang mampu menyimpan segala kenangan baik dalam hidup saya, itu adalah kehidupan.

Semoga kelak saya mengerti dan menemukan apa itu cinta. Dan semoga cinta itu tidak lebih dari rasa cinta saya Kepada Rosul Muhammad SAW, Kepada Alloh Tuhan saya dan ISLAM Agama saya. Amin.

Saya bersyukur saya diberi keanehan yang membuat hati saya lebih peka untuk merasakan apa yang tidak semua orang rasakan, merasakan tarian angin yang menyegarkan, merasakan wewangian aroma tumbuh-tumbuhan, merasakan warna langit senja warna matahari terbit warna bulan dan bintang, merasakan suara musik yang mengalun dengan harmoni, merasakan makanan yang membuat tubuh menjadi bugar, merasakan hiruk pikuk kota yang bising, merasakan pedesaan yang lugu dan klasik, merasakan tekanan-tekanan yang meletup-letup dari emosi kemarahan manusia, merasakan kasih sayang manusia dalam suka dan sedih dalam tawa dan tangis, merasakan geliat karakter manusia yang unik, dan merasakan tanah yang dipijak menyadarkan bahwa kita berawal dari tanah dan kembali ke tanah.

Terimakasih cinta




JAM BERAPA?