POHON
INSPIRASI
Di bulan paling
indah dan paling baik dari seribu bulan, jika kita mampu menemukan hari itu dihari ganjil bulan suci ini, disaat sang surya masih tenang dalam
peraduannya, dan disaat sejuknya pagi terasa begitu tenteram di sanubari.
Tiba-tiba Alloh memberikan Maha Kasih-Nya dipagi hari yang sendu dan penuh
dengan rasa sedih dan duka.
Saat semangatku mulai runtuh memikirkan berbagai
masalah yang melanda dalam hidup yang setiap orang pasti tidak akan pernah
luput dari yang namanya masalah. Tiba-tiba pohon ajaib di depan rumah
memberikan isyarat energi positifnya kepadaku. Seorang kakek tua datang dan
mengucapkan permisi dengan penuh kesantunan, dengan suara lirih dan terkadang
tersengal dengan batuknya. Dengan memberikan uang yang biasa sebelumnya juga ia
berikan, ia memohon ijin untuk memetik daun camcau. Ia selalu terlihat tersenyum
ceria, hati pun menjadi damai dibuatnya.
Wajah dan kerut kulitnya yang sudah
sangat tua tidak melunturkan semangatnya untuk mencari nafkah. Ini merupakan
kedatangannya yang ketiga kalinya dan yang pertama di bulan suci ini. Aku
seolah melihat petuah dihadapanku, aku melihat matahari yang hangat didepan
hatiku yang merasa paling gundah dengan berbagai kegagalan yang sebenarnya awal
dari keberhasilan.
Aku merasa tersentil melalui seorang kakek tua yang datang
pada pagi hari ini. Aku terenyuh seandainya aku jadi ia, memang harusnya aku
lebih bersyukur karena aku masih muda. Aku bercermin dari kehidupan sang kakek.
Bayanganku menembus kesegala sisi kehidupannya seolah aku mampu untuk
menerawang tentang kehidupan sang kakek yang penuh keprihatinan. Dengan sepeda
tuanya ia membawa karung gandum dan dengan pakaian sederhananya ia mulai
memanjat pohon mangga madu yang berumur tiga tahun dan belum pernah berbuah
didepan rumahku. Ia mulai memetik satu demi satu daun camcau (cincau) yang
tumbuh merambat dan subur di pohon mangga madu itu. Ia terlihat begitu jeli dan
sesekali ia terbatuk karena usianya yang sudah tua.
Dahan-dahan kecil yang
terlihat rapuh mampu menopang tubuh sang kakek, hatiku dibuat cemas karena
pohon kecil itu bergoyang seolah akan patah, tapi sang kakek ternyata lebih
mampu menguasai keseimbangan dengan baik. Aku hanya bisa menatapnya dari balik
jendela sebab takut mengganggu konsentrasinya.
Aku abadikan potret perjuangannya lewat jendela dengan sembunyi-sembunyi. Sementara ia konsentrasi dengan daun demi daun cincau yang ia petik dan ia kumpulkan pada karung gandum yang ia kapit diantara perut dan dadanya yang kurus.
Aku abadikan potret perjuangannya lewat jendela dengan sembunyi-sembunyi. Sementara ia konsentrasi dengan daun demi daun cincau yang ia petik dan ia kumpulkan pada karung gandum yang ia kapit diantara perut dan dadanya yang kurus.
Kendaraan di depan jalan aspal
berlalu lalang seolah dunia mereka jauh berbeda. Dan akhirnya sang kakek
menyelesaikan pekerjaannya lalu ia turun dari pohon dan dengan penuh bijak ia
memunguti sehelai demi sehelai daun cancau yang jatuh tak sempat tergapai oleh
tangan rentanya. Ia sungguh menghargai helai demi helai daun cancau, karna
baginya iatulah rizky yang Alloh titipkan kepadanya. Ia pulang dengan penuh
semangat.
Terimakasih kakek, jangan lupa datang lagi, semoga daun cincaunya
semakin banyak seiring pohon mangganya makin tumbuh besar. Amin. Pohon didepan rumahku adalah pohon ajaib yang
menginspirasi jiwa dan ragaku. Hikmah dari moment ini adalah ibrah yang mampu membalikkan hati. Bersyukur adalah cara yang mampu membuat kita damai, meski kebahagiaan hakiki hanya dapat kita peroleh di akhirat kelak. Terimakasih ^_^
Foto kakek sedang
memetik daun camcau (cincau)
Foto kakek sedang
memunguti daun-daun cincau yang tercecer
Foto kakek dan
sepedanya yang setia ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar