Laman

Ikhsan Hargo Kusumo

Sabtu, 17 Maret 2018

MANUSIA IBLIS


MANUSIA IBLIS
(DEWASA)

Bicara soal manusia, dia adalah kita yang konon diberikan keistimewaan tersendiri dibandingkan makhluk lain ciptaan Tuhan. Keistimewaan itu berupa akal, katanya, faktanya?. Bahkan dikisahkan ada salah satu jenis makhluk Tuhan yang tidak terima mengapa ‘’manusia’’ lebih ditinggikan derajatnya oleh Tuhan di bandingkan makhluk lainnya, dan dia adalah iblis. Iblis membuat kesepakatan kepada Tuhan untuk senantiasa menjerumuskan manusia.

Manusia selalu tertipu daya oleh iblis, tidak hanya melalui bisikan, tapi bahkan turut mengalir di aliran darah, di saraf, di pernafasan ia masuk melalui seluruh elemen yang ada di dalam tubuh manusia. Bahkan fatalnya yang konon otak yang digunakan manusia untuk berfikir dan di situlah akal berada -dan akal merupakan keistimewaan manusia yang diberikan Tuhan, sehingga manusia menjadi istimewa- iblis mampu masuk di dalam akal manusia.

Iblis tidak hanya menjerumuskan manusia dewasa, ia berkemampuan untuk menggoda seluruh jenis, usia, latar belakang manusia, tak terkeculai seorang guru, seorang murid di lembaga pendidikan, yang notabene lembaga ini adalah lembaga penangkis iblis. Dimana di dalamnya terkandung pendidikan agama, kharakter, budi pekerti agar kita jangan berbuat seperti iblis.

Iblis sudah terlalu dalam dan pesat mengikuti perkembangan zaman peradaban manusia, ia termoderenisasi, ter up to date, dan seiring-sejalan dengan kemajuan manusia itu sendiri. Ia menjangkiti manusia dari pelosok hingga perkotaan. Manusia yang lalai dan tak menyadari jika ia hanya terjerumus, oleh rayuan, dan hipnotis iblis. Bak zombi mereka yang terpedaya hidup hanya dalam kendali iblis, ia dibutakan oleh harta, tahta, sex, dan obat-obatan/minuman terlarang atau khamr. Pikiran mereka dikotori oleh prasangka buruk. Hati mereka dipenuhi dengki, ria’, congkak, dendam, dan cinta dunia.

Maka yang demikian itu tak ubahnya kita sebut dengan "Manusia Iblis"

Seperti biasa karena ini blog pribadi saya otomatis bercerita mengenai pengalaman saya, seperti biasa pula saya tak memberi garansi bahwa tulisan saya ini layak atau tidak. Saya sekarang adalah seorang guru tentu yang akan saya urai berkaitan tentang dunia yang sekarang saya jalani. Kembali ke tema tulisan saya di awal. Saya mendapati beberapa manusia terpedaya iblis, atau bisa kita sebut saja ‘’Manusia Iblis’’.

Tak disangka peserta didik yang notabene seorang murid yang masih usia SMP ia pun tak luput dari tipu daya iblis. Ketika ujian berlangsung saya sempat beberapakali berdebat halus mengenai pemahaman ujian, dimana ujian yang baik adalah ketika kita belajar sebelum ujian untuk mempersiapkan diri agar hasil nilai ujian baik, tidak menyontek, di kerjakan dengan jujur. Dengan bangga sang anak bilang, ‘’yang dinilai oleh guru, dan masyarakat itu kan yang penting nilai pak bukan kejujuran’’. Saya pun berusaha menimpali,’’tapi yang dinilai ketika kita menjadi orang itu keahlian kita, kemampuan kita, dan kharakter kita’’. Dengan entengnya dia pun bilang lagi ’’tapi tetap yang dilihat hasil akhirnya nilai pak’’. Saya diam dan saya pun terpedaya iblis, dalam hati saya bilang,’’DASAR IBLIS!!!’’, lalu saya istiqfar.

Lalu guru dan staf juga tak luput dari iblis dan menjadi manusia iblis. Sejatinya sebuah institusi yang di dalamnya terdiri dari berbagai elemen kita harus saling asih, asuh, dan tenggangrasa dan itu tak sebatas semboyan. Ketika itu hanya dijadikan sebuah informasi semata bukan dipahami dan dilakukan nyata dari hati, itulah yang disebut dengan ‘’OMDO’’, omong doank, meski gak serta merta lalu kemudian tak ada tenggangrasa, asih, asuh samasekali juga. Itu masih ada. Suatu ketika saya memperhatikan ada sekelompok orang berkumpul dan tampak mereka terbahak-bahak, lalu saya mendekati kelompok orang ini, tak terduga ternyata mereka menertawakan orang lain atau sesuatu misal menyebutkan makanan dengan nama-nama kotor, menghina bahasa yang menurut mereka lucu, dan saya merasa ini gak seru, sama sekali gak lucu. Saya berusaha beradaptasi dengan mereka saya berusaha mengimbangi pembicaraan mereka yang pada akhirnya saya pun terjerumus iblis atas dasar tenggangrasa iblis pandai membisikan sesuatu terhadap kita dan menularkan penyakit neraka kepada kita. Pertama-tama saya pun berusaha turut tertawa atas apa yang mereka tertawakan, yakni dengan cara menghina, dan merendahkan orang lain atau sesuatu dengan embel-embel ‘’ini bercanda loh ya’’. Pada akhirnya saya menyadari ternyata gaya mereka yang menurut mereka jujur itu adalah dengan merendahkan dan mencemooh orang lain atau sesuatu. Saya kena cemoohan mereka pada akhirnya, mereka mengkritik gaya berjalan saya yang seperti kakek-kakek, dan mereka memberi anjuran supaya saya mengangkat 6 kursi sembari naik turun tangga, lalu mereka terbahak-bahak dan saya melihat mereka persis seperti iblis. Kemudian dikala saya mengerjakan sesuatu mereka tampak perhatian dengan memberikan saya makanan, lalu ada salah seorang bilang, istirahat dulu, makan dulu nanti tari kecak dengan nyinyir ia mencemooh penyakit saya. Dan masih banyak lagi gaya-gaya iblis yang berkedok bercanda, dan ciri khasnya selalu diiringi tawa yang terbahak-bahak atau senyum nyinyir. Mereka selalu berkilah,’’kalau di sini orang-orangnya memang begitu bercandanya apa adanya, gak kayak orang jogja kalem-kalem tapi di pendam’’. Dalam hati saya bilang ’’gak semua juga, kamu aja suka ngajak teman, DASAR MANUSIA IBLIS!!!’’.

Suka mengkritik tanpa membangun alias ‘’kritik tak membangun’’. Ketika ada orang memberikan anjuran yang baik manusia iblis hadir di belakang dengan cara bergumam, dan bibirnya tidak bisa diam selalu mengritik segala perkataan seseorang yang sedang mengemukaan gagasan, bahkan segala tindak-tanduk dikritik dari ujung bumi sampai ujung angkasa, intinya semuanya salah, semuanya keliru, harusnya begini-begitu tapi Cuma bicara di belakang sembari mengajak kawan supaya ikut menjadi koloninya untuk menjadi manusia iblis.

‘’Tulung Pentung’’. Menawarkan surga dan memberikan neraka kemudian. Berkedok urusan pekerjaan, selalu datang untuk mengajak mengerjakan sesuatu alasannya kepentingan sekolah. Pada kenyataannya mengerjakan di luar pekerjaan sekolah dan membabukan manusia, padahal sesama manusia. Dengan menjaga image alasannya seorang yang penting menurut dia pribadi, ia hadir untuk mengerjakan sesuatu, membantu dia. Alasannya ‘’jenengan masih sendiri, masih bujang, kalau yang lain kan sudah berkeluarga’’. Dalam hati saya, ‘’DASAR IBLIS!!!’’ bukan lagi manusia iblis tapi iblis sejati.

Ketika kita mengerjakan sesuatu yang positif dan kita berusaha sebaik mungkin, iblis ini hadir, ia bilang ‘’ganing kayak kue’’ yang artinya ‘’kok seperti itu’’. Gak ada benernya dimata iblis. Ujung-ujungnya ketahuan dia menghina, mengkritisi karena dia ingin.

Berprasangka buruk tiada henti, segala tindak tanduk kita di perhatikan dengan seksama, lalu ditebak-tebak,’’kamu kenapa?, kamu di suruh ini ya, itu ya?, mereka sering membicarakan saya ya?, siapa bosnya, ayo gak apa-apa bilang aja?, kamu gak sakit hati kan dengan perlakukan atau candaan saya?, bla, bla, bla. Dalam hati saya,’’,’’iblis, iblis, kekhawatiran kamu itu harusnya kamu pakai untuk diri kamu sendiri’’.

Memecah belah dengan membuat kelompok-kelompok, dengan cara mengadu domba memfitnah orang lain dengan sebutan,’’gap-gapan’’.

Dan lain sebagainya. Semoga kita selalu diberi kesadaran utuh, dan ketika iblis hadir kita mampu menangkis, dan membuat kekuatan manusia yang tangguh dengan memupuk ilmu, dan ibadah karena Alloh SWT. Aamiin.

Kuncinya adalah iblis itu takut akan cermin, maka bercerminlah akan segala perbuatan kita, ketimbang sibuk menyalahkan dan mencari teman sebanyak-banyaknya untuk mendukung keiblisan kita. Mari kita lawan iblis meski ia sudah bersumpah untuk menghancurkan kita. Jangan relakan kemanusiaan kita di gantikan menjadi MANUSIA IBLIS, dan bahkan menjadi IBLIS seutuhnya, di jamin kita meyesal. Dan rayuan iblis lebih gombal, lebih sesat!!!.

Sekian, salam cermin (intropeksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JAM BERAPA?